Share this article

Hatten Wines House Wine dan Kekuatan Identitas Arsitektur

Selasa, 21 Mei 2019 : 05:37
Editor Choice :
    OLD WINE WAREHOUSE, kesan ini muncul pertama kali melihat bangunan yang berada di tepi Jalan By Pass Ngurah Rai Sanur. Ketika berhenti di depan bangunan, siapapun akan terkesima pada bangunan yang mengesankan sebuah bangunan tua tempat memproduksi dan menyimpan minuman anggur.

    Bentuk kokoh, konstruksi kuat dengan ekspos batu bata, jendela dan pintu yang besar, sepintas menyamarkan bahwa semestinya bangunan ini berada di Eropa atau Amerika.

    Hatten Wines dikenal sebagai produsen wine pertama di Bali sejak 1994. Berbekal semangat dan keberanian serta keyakinan kemajuan bisnisnya, Ida Bagus Rai Budarsa sang pemilik berkeinginan menguatkan imej sebagai pioner produsen wine di Bali.

    Keberhasilan mengembangkan bisnis dengan jejaring internasional, memaksanya untuk terus berinovasi. Bukan hanya terobosan produk wine, tetapi juga menguatkan karakter dengan bangunan megah berarsitektur selaras dengan kultur dimana wine itu berasal.

    Bangunan yang menapaki tanah seluas 1800 M2 hanya dibagi dalam dua peruntukan yakni gedung dan ruang parkir. Dengan mengacu pada semua keperluan dan semua aktivitas adalah di dalam ruangan, maka bangunan ini dibagi dalam tiga lantai.

    Wine shop, wine class room, wines storage menempati lantai pertama. Intertainment dan meeting room berada di lantai dua, sedangkan lantai tiga difungsikan sebagai executive office dan staff office.

    Konsep arsitektur yang mengadopsi tampilan toko anggur pertamanya di Kuta yakni The Cellardoor, Hatten Wines seolah ingin mempertahankan bangunan ini menjadi identitas yang terbaharui. Ekspos batu bata, semen, baja dan stainless steel, terlihat mendominasi.

    Selanjutnya Hatten Wines mengembangkan dengan gaya loteng dari kesan bangunan lama berupa gudang produksi dan penyimpanan anggur berubah tampilan baru dan modern.

    Inspirasi dari Gudang Produksi dan Penyimpanan Wine
    Mendekati bangunan ini kekaguman mulai tercipta, pada pandangan pertama kesan arsitektur barat telah menggiring mata memasuki ruangan untuk mengelilinginya.

    Kehadiran bangunan yang telah dirancang secara matang oleh sang pemilik dengan Maryse LaRocque seorang perempuan berkebangsaan Canada yang telah sembilan tahun memegang tampuk special projects, marketing dan business di Hatten Wines terlihat sangat menyentuh bangunan tua di negeri empat musim asalnya.

    Berangkat dari konsep, secara visualisasi dengan karakter yang akan dimunculkan selanjutnya diterjemahkan oleh arsitek Bagus Suryadarma dari Bagus Wijaya Arsitek. Sang arsitek membagi fungsional gedung dengan alur yang dapat menuntun tutur mengenai Hatten Wines.

    Perancangan bangunan yang mengedepankan filosofi kultur wine dan kultur Bali akhirnya dicapai kompromi dengan mengakomodir edukasi pengunjung, aktivitas staff, operasional, penjualan dan entertainment.

    Pemilihan bahan baku lokal berupa batu bata menjadi penselaras dari bangunan-bangunan arsitektur Bali.

    Memang tidak bisa dipungkiri bahwa Sanur banyak memiliki grya atau rumah-rumah brahmana, kesemuanya masih dicirikan dengan arsitektur Bali yang kuat, dimana bangunan grya kebanyakan juga berekspos batu bata.

    Menimbang bahan baku batu bata ini, menjadikan keputusan yang sangat tepat bahwa bangunan Hatten Wines berhasil bersentuhan dengan kultur maupun alam Bali.

    Sementara, elemen lain yang memperkuat bahan baku bangunan seperti kayu, stainless, dan kaca, hadir menempatkan posisinya dalam bersentuhan dengan dinding batu bata maupun beton.

    Sebuah dimensi ruang dengan memperhatikan setiap detil desainnya berhasil menghantarkan penguatan kesan warehouse atau factory benar-benar terjaga. Ruangan yang terkesan kaku, tiba-tiba lentur pada kenyamanan.

    Sang arsitek sangat memperhatikan lokasi Sanur sebagai daerah tangkapan sinar matahari pagi. Dari dalam ruangan, staff atau pengunjung masih memiliki orientasi terhadap ruang luar, di sinilah peran jendela dengan kaca yang besar-besar sangat membantu pencahayaan sinar yang masuk ke ruangan.

    Demikian juga bangunan yang tinggi dengan ventilasi yang bagus, memberikan kesegaran dari setiap aliran angin sepanjang waktu.

    Alur Ruang yang Akur
    Pada lantai satu, mulai dari depan dengan pintu putar yang lebar, pengunjung dapat langsung memasuki ruangan dan dapat langsung memesan wine. Di ruangan ini biasanya juga difungsikan sebagai ruangan untuk mengenal cita rasa dari berbagai variasi wine.

    Di pojok ruangan diletakkan kursi art deco dimana pengunjung dapat menikmati benda-benda kuno maupun pernak-pernik yang menjadi history Hetten Wines. Menuju ke belakang dari ruang depan, difungsikan sebagai class room dan wine storage.

    Ruangan ini dicirikan dengan pintu container berwarna kuning sebagai dinding dan pintu masuk menuju wine storage. Sebagai penambah kesan di ruang bawah, dihadirkan satu spot sebagai ruang tunggu dengan interior up cycle dari kayu palet dan drum.

    Yang menarik dari setiap pemindahan ruangan, pembagian ruang dihubungkan oleh koridor. Kehadiran koridor ini terkesan sangat mengintimkan alur berikut dengan koneksi aktivitas staff serta perpindahan menuju pada lantai berikutnya.

    Biar kesan tidak kaku, maka di dinding koridor diberikan sentuhan graffiti, dimana pengunjung atau siapapun yang melewatinya pasti membaca, sembari menuju ruang peralihan yang tidak terasa.

    Di lantai dua, ruangan yang difungsikan untuk segala aktivitas entertainment dan meeting room. Terlihat bagaimana ruangan ini memerankan diri sebagai tempat yang nyaman bagi hal yang santai maupun serius.

    Semisal hanya duduk di meja makan di private dining room, pandangan pada deretan gelas-gelas kristal wine langsung mengajak berfantasi, turut dalam sebuah jamuan makan malam dengan kesan internasional yang elegan.

    Masih dalam ruangan di lantai dua, tamu dapat memesan tempat ini sebagai acara khusus. Sebuah hidangan yang dimasak oleh chef secara langsung dengan dukungan peralatan dari Gaggenau akan menjadi daya tarik bagi siapapun yang menikmati makan malam di tempat ini.

    Ada banyak variasi makanan, mulai standart local, western sampai spesial makanan yang kesemuanya berasal dari bagian tanaman anggur.

    Berjalan mengitari lantai dua, ada ruangan khusus yang diperuntukkan bagi CEO untuk membahas hal-hal penting, ruangan itu adalah CEO sweet room. Ruangan ini di desain seintim mungkin, agar CEO dapat merasakan suasana yang berbeda dan merasa di ruang pribadi penuh suasana lepas namun dekat.

    Berhadapan CEO sweet room, sebuah atrium dengan kolam kecil dan gemercik suara air, membuat jeda dari pandangan terbuka. Kursi berbahan keramik warna biru yang berhadapan di depan kolam seolah menyediakan ruang santai untuk bercakap-cakap sambil menikmati sensasi wine.

    Di atrium ini biasanya juga digelar cocktail party. Sebuah keleluasaan menikmati ruangan dengan karakteristik yang berbeda dapat diselesaikan dengan kesan yang sangat nyaman.

    Dan di lantai tiga, Teamwork adalah kekuatan dari strategi management Hatten Wines, untuk menjawab bagaimana kerja tim ini solid dan terpantau, maka diperlukan satu ruangan yang dapat mewadahi.

    Ruangan itu mengambil hampir separuh lantai tiga, terbuka tanpa sekat. Di ruangan yang disebut executive office, karyawan khususnya divisi sales and marketing saling berinteraksi untuk berpindah posisi duduk atau berdiri mengunjungi karyawan yang lain.

    Bersebelahan dengan executive office, sebuah coffee shop dengan suasana terbuka, dapat digunakan untuk menikmati break istirahat siang. Naik dari coffee shop sebuah tangga mengantarkan menuju deck atas. Di ruangan ini meja, kursi dan sofa, terlihat sangat cozy.

    Deck ini tidak lain difungsikan sebagai mezzanine yang digunakan untuk meeting dengan suasana santai. Peletakan pernak-pernik interior yang simple seperti empat poster tentang kegiatan sosial dan kebun Hatten Wines di Bali Utara, mendukung kebebasan ruang secara penuh untuk dinikmati.

    CEO Office, board room juga terletak di lantai ini. Pemilihan warna-warna yang berani pada penempatan interior menjadi pilihan tepat, bahwa di ruang ini memang diperlukan suasana dinamis yang memberikan kesan penuh semangat dan terus bergelora.

    Ketika melihat satu desain ruangan dengan jeruji kayu berwarna merah, maka akan terasa ada nilai kejut ketika berada di ruangan ini. Ruangan ini ternyata replika observation deck kebun anggur Hatten Wine di Singaraja, Bali utara yang difungsikan sebagai kasir.

    Desain ini diadopsi sebagai bagian yang mengingatkan bahwa kualitas wine itu juga ditentukan dari kebun anggur, diproses menjadi anggur dan diedarkan ke seluruh pasar wine.

    Tak mengherankan jika berkunjung ke Hatten Wines House menjadi pilihan untuk menikmati suasana bangunan tua dari gudang dan tempat produksi minuman anggur berkelas.

    Bahkan bila berkunjungnya sekaligus dimaknai sambil mencicipi segelas anggur, maka dipastikan akan memberikan banyak cerita sebagai pengalaman istimewa, yakni menikmati wine dan arsitektur terkini selama di Bali. (Yudha Bantono)
    Share this article

    Latest

    View All